SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Friday 3 August 2012

Ooops ada yg lupa... karyaku pada awal kuliah

Gambar keseimbangan otak kanan dan otak kiri, ini merupakan proses menggambar yang melatih keseimbangan atau keserasian antara otak kanan dan otak kiri. caranya yaitu bagi kertas gambar menjadi dua sisi. tangan kanan menggambar persegi empat dan tangan kiri menggambar lingkaran. kegiatan menggambar tersebut dilakukan secara bersamaan. kemudian sebaliknya. dengan begitu tangan dan otak kiri-kanan akan seimbang.
 Menggambar sesuatu yang dibenci atau sesuatu yang tidak disukai. saya takut dengan laba-laba, sehingga saya punya ide untuk menggambar laba-laba dan jaring-jaringnya yang kusut hehe....
 ini adalah gambar pemandangan, saya menggambar pemandangan pegunungan dengan sungai kecil dikaki gunungnya.
 ini adalah gambar gradasi warna, saya membuat kupu-kupu dengan berbagai warna yang menarik dan mencolok.
 ini adalah menggambar sesuatu yang disukai, saya menggambar seorang wanita, dimana wanita yang saya kiaskan dengan gambar tersebut adalah ibu saya. saya sangat menyayangi ibu saya.
 ini adalah gambar batik berpetak, dengan kombinasi dari berbagai motif dan bentuk gambar setiap petaknya, maka gambar terlihat seperti batik. menarik sekali
ini merupakan gambar perpaduan dari tiga bangun datar yaitu lingkaran, persegi dan segitiga. ketiga bangun tersebut dikombinasikan sehingga menjadi sebuah gambar yang menarik.

KOLASE

Tentang Seni Lukis Kolase



PENGERTIAN KOLASE
Kolase (collage) adalah sebuah cabang dari seni rupa yang meliputi kegiatan menempel potongan potongan kertas atau material lain untuk membentuk sebuah desain atau rancangan tertentu.

–Kamus modern Art, A Collins – Larousse Concise Encyclopedia
Semua kegiatan ‘perakitan’ beraneka bahan dasar menjadi sebuah karya seni. Misalnya, merakit dan merekatkan kertas, kayu, metal, barang-barang bekas, bahkan sampah ke dalam media hiasan dinding. Begitu pula, semua media lukisan yang ditambahi, ditempeli asesoris berbagai bentuk benda sesuai aslinya.
KOLASE DALAM SENI RUPA
Kendati seni kolase berlawanan sifatnya dengan seni lukis, pahat atau cetak dan seni kriya lainnya yakni berupa karya yang dihasilkan tidak lagi memperlihatkan bentuk asal material yang dipakai seni lukis, misalnya, dari kanvas putih menjadi lukisan yang berwarnawarni.
Dalam seni kolase bentuk asli dari material yang digunakan harus tetap terlihat, jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potonganpotongan foto,benda bekas, material tersebut harus masih dapat dikenali bentuk aslinya walau sudah dirakit menjadi satu kesatuan.Karya kolase digemari oleh pelukis Pablo Picasso, Georges Braque dan Max Ernst, Henri Mattise.

Sejarah Seni Kolase Dunia
Sejarah seni kolase berkembang pesat di Venice, Italia, kirakira pada abad 17. selanjutnya seni ini kian berkembang di Perancis, Inggris, Jerman dan kotakota lain di Eropa.
Kolase menjadi media yang digemari kalangan seniman disebabkan keunikan tampilannya yang menuntut kreativitas tinggi. Pelukis Pablo Picasso, Georges Braque dan Max Ernst terkenal dengan karya lukis memakai teknik kolase kertas, kain dan berbagai objek lainnya.
Henri Mattise adalah salah satu seniman yang beralih kepada seni kolase ketika jarijari tangannya terserang arthritis sehingga tak mampu melukis lagi.
Mattise memotong kertas warna dalam ukuran besar dengan berbagai bentuk sehingga tercipta murak kertas yang indah.
Di Indonesia,penulis sastra dan pegiat seni lukis,Putu Sugih Arta telah memilih untuk mengekspresikan karya-karya lukisnya ke dalam aliran lukisan kolase.
KOLASE DAN SENI LUKIS
Kendati banyak pelukis yang pakem, kurang setuju kolase dijajarkan dengan karya-karya lukis dua dimensi ( media datar ). Namun pertautan menuju pada proses ke arah kesejajaran lambatlaun akan di terima kalangan pelukis. Hal ini, tidak lain karena penggemarnya dari kalangan anak-anak yang merupakan generasi penerus akan menjadi tulang punggung alih generasi pelukis dunia.
Kolase Bagus Untuk Anak-Anak
Seni kolase diperkenalkan kepada anak-anak sekolah TK dan SD melalui aktivitas menghias hiasan dinding dengan biji-bijian atau potongan perca.
Kolase kaya akan unsur pendidikan komplit bagi perkembangan otak anak, diantaranya bermain dan berkreasi,belajar mengenal bentukbentuk geometris dan warna,melatih kemampuan motorik halus dllnya.
Selain itu, manfaat kolase dapat dirasakan sekali untuk :
a. membantu kemampuan berbahasa dengan jalan anak bisa menjelaskan makna dibalik hasil karyanya kepada guruguru/ayahibu.
c.melatih kepekaan estetis dan berempati pada barangbarang yang sudah tidak dipakai lagi.

MANFAAT KOLASE DAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Imajinasi anak bisa saja dalam wujud material yang akan digunakan, kalau diarahkan bahannya dapat berasal dari bahan-bahan bekas atau sampah (yang sudah dibersihkan) sehingga kebersihan lingkungan rumah tetap terjaga baik.
Memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai (sampah) mendukung gerakan daur-ulang, kertas koran bekas, plastik, dedaunan, apabila diaplikasikan ke medium datar maupun tiga dimensi dapat menghasilkan karya seni yang unik dan menarik.


Selamat Mencoba.

Pengertian Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

1.
SENI RUPA TRADISIONAL
Pengertian
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.
Ciri-ciri
*
Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris.
*
Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain.
1.
SENI RUPA MODERN
Pengertian
Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa.
Ciri-ciri
*
Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
*
Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
Contoh
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi, S.Soedjojono dan pelukis era modern lainnya.
Seniman
Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi, Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa.
1.
SENI RUPA KONTEMPORER
Pengertian
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.
Ciri-ciri
*
Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
*
Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh
Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya enviromental art.
Seniman
Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Sunday 29 July 2012

Wawasan Tentang Seni

A.  Manusia dan Kebudayaan
Dalam proses menuju kesempurnaannya, makhluk manusia memerlukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Upaya yang dilakukan manusia itu merupakan suatu pemanfaatan sejumlah kemampuan yang dimilikinya yang di antaranya adalah kemampuan otak yang dapat mengembangkan proses berpikir atau berakal budi. Kemampuan berakal budi pada manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya, sehingga manusia disebut juga sebagai makhluk berakal budi atau makhluk berpikir. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Keseluruhan sistem tersebut dinamakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990:98).
Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia.
Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan tidak bisa lepas dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini berarti bahwa manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan sesama dan lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi salah satu kebutuhan (sosial), karena setiap manusia senantiasa memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia selain sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial.
Salah satu unsur (subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau sistem gagasan, maka konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilai-nilai dan gagasan yang merujuk pada nilai keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Yang artinya, bahwa kesenian dapat dipolakan secara sama. Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan karya seni (artifak).
B.  Pengertian Seni
Seni mempunyai usia yang lebih kurang sama dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Dalam usia yang sangat tua, seni telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan budaya manusia di berbagai belahan bumi, dengan beraneka macam bentuk dan jenis.
Bentuk yang menyenangkan. berarti memuaskan kesadaran keindahan kita. Rasa indah itu tercapai bila kita bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati. Definisi ini menyatakan pandangan dari segi kebentukan fisik (obyektivitas). Definisi seni yang sederhana dan sering dilontarkan oleh publik secara umum ialah segala macam keindahan yang diciptakan manusia. Orang memandang bahwa seni merupakan karya keindahan yang menimbulkan kenikmatan. Kenikmatan meliputi aspek kepuasan jasmani-rohani, yang muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa manusia, baik sebagai pencipta (kreator) ataupun penikmat (apresiator).
Karya seni juga memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung oleh adanya komunikasi antara masyarakat dengan pencipta (seniman). Ekspresi seni yang terwujud menjadi karya seni yang merupakan sarana komunikasi dan dalam upaya berinteraksi sosial. Proses berkesenian merupakan satu kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga terjadi intteraksi apresiatif.
Dan pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Seni ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial, ekonomi, alam, dan sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak (tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan melahirkan kesatuan estetik. Media berekspresi seni rupa meliputi bentuk, warna, bidang, garis, barik/tekstur, dan unsur-unsur estetik.
C.  Apakah Keindahan itu?
Ide terpenting dalam sejarah estetika filsafati sejak zaman Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan yang digumuli oleh para filsuf ialah Apakah keidahan itu?Menurut asal katanya, “keindahan” dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful (dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum.
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the beautifull (benda atau hal yang indah).
Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang kadang dicampuradukkan saja. Selain itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu: a).Keindahan dalam arti yang luas. b).Keindahan dalam arti estetis murni. c).Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Pembagian dan pembedaan terhadap keindahan tersebut di atas, masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan suatu persoalan fisafati yang jawabannya beranekaragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).
Kini para ahli estetik umumnya berpendapat bahwa membuat batasan dari istilah seperti ‗keindahan‘ atau ‗indah‘ itu merupakan problem semantik modern yang tiada satu jawaban yang benar. Dalam estetik modern orang lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis, karena ini bukan pengertian abstrak melainkan gejala sesuatu yang konkrit yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang sistematis.
D.  Nilai Estetis
Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang terpenting dalam estetik karena sifatnya yang makna ganda untuk menyebut pelbagai hal, bersifat longgar untuk dimuati macam-macam ciri dan juga subyektif untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang kebetulan menyenangkan.
 Untuk membedakannya dengan jenis-jenis lainnya seperti misalnya nilai moral, nilai ekonomis dan nilai pendidikan maka nilai yang berhubungan dengan segala sesuatau yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetis. Dalam hal ini keindahan dianggapsearti dengan nilai estetis pada umumnya. Apabila sesuatu benda disebut indah, sebutan itu tidak menunjuk kepada sesuatu ciri seperti umpamanya keseimbangan atau sebagai penilaian subyektif saja, melainkan menyangkut ukuran-ukuran nilai yang bersangkutan. Ukuran-ukuran nilai itu tidak terlalu mesti sama untuk masing-masing karya seni, bermacam-macam alasan, karena manfaat, langka atau karena coraknya spesifik.
Dalam perkembangan estetik akhir-akhir ini, keindahan tidak hanya dipersamakan artinya dengan nilai estetis seumumnya, melainkan juga dipakai untuk menyebut satu macam atau kelas nilai estetis. Hal ini terjadi karena sebgian ahli estetik pada abad 20 ini berusaha meyempurnakan konsepsi tentang keindahan, mengurangi sifatnya yang berubah-ubah dan mengembangkan suatu pembagian yang lebih terperinci seperti misalnya beautiful (indah), pretty (cantik), charming (jelita), attractive (menarik) dan graceful (lemah gemulai). Dalam arti yang lebih sempit dan rangkaian jenjang itu, keindahan biasanya dipakai untuk menunjuk suatu nilai yang derjatnya tinggi. Dalam rangka ini jelaslah sifat estetis mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada sifat indah karena indah kini merupakan salah satu kategori dalam lingkungannya. Demikian pula nilai estetis tidak seluruhnya terdiri dari keindahan.
Nilai estetis selain terdiri dari keindahan sebagai nilai yang positif kini dianggap pula meliputi nilai yang negatif. Hal yang menunjukkan nilai negatif itu ialah kejelekan (ugliness). Kejelekan tidaklah berarti kosongnya atau kurangnya ciri-ciri yang membuat sesuatu benda disebut indah, melainkan menunjuk pada ciri-ciri yang nyata-nyata bertentangan sepenuhnya dengan kawalita yang indah itu. Dalam kecenderungan seni dewasa ini, keindahan tidak lagi merupakan tujuan yang paling penting dari seni. Sebagian seniman menganggap lebih penting menggoncangkan publik daripada menyenangkan orang dengan karya seni mereka. Goncangan perasaan dan kejutan batin itu dapat terjadi, dengan melalui keindahan maupun kejelekan. Oleh karena itu kini keindahan dan kejelekan sebagai nilai estetis yang positif dan yang negatif menjadi sasaran penelaahan dari estetik filsafati. Dan nilai estetis pada umumnya kini diartikan sebagai kemampuan dari sesuatu benda untuk menimbulkan suatu pengalaman estetis. Estetika kadang-kadang dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan ―teori keindahan (theory of beauty). Kalau definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali, maka teori keindahan menjelaskan bagaimana memahaminya. Teori obyektif berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah (kwalita) yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan seseorang hanyalah menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya. Yang menjadi persoalan dalam teori ini ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetis.
Hampir semua kesalahan kita tentang konsepsi seni ditimbulkan karena kurang tertibnya menggunakan kata-kata ―seni dan ―keindahan, kedua kata itu menjebak kita cara menggunakan. Kita selalu menganggap bahwa semua yang indah itu seni dan yang tidak indahn itu bukan seni. Identifikasi semacam itu akan mempersulit pemahaman/apresiasi karya kesenian. Herbert Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art mengatakan: bahwa seni itu tidaklah harus indah (Read 1959: 3).
Sebagaimana yang telah diutarakan diatas, keindahan pada umumnya ditentukan sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan atas spiritual batin kita. Harus kita sadari bahwa seni bukanlah sekedar perwujudan yang berasal dari idea tertentu, melainkan adanya ekspresi/ungkapan dari segala macam idea yang bisa diwujudkan oleh sang seniman dalam bentuk yang kongkrit. Semakin banyaknya kita mendefinisikan cita rasa keindahan, hal itu tetaplah teoritis, namun setidaknya kita akan dapat melihat basis aktivitas artistik (estetik elementer).
Setiap manusia mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda tergantung relativitas pemahaman yang dimiliki. Tingkat ketajaman tergantung dari latar belakang budayanya, serta tingkat terlibatnya proses pemahaman. Oleh Pavlov, ahli psikologi, mengatakan bahwa tingkat pemahaman seseorang tergantung dari proses hibitution (ikatan yang selalu kontak). Sehingga pemahaman tergantung dari manusianya dalam menghadapi sebuah karya hasil ungkapan keindahan.
E.  Dorongan Berkarya Seni
Berdasarkan penelitian, dorongan berkarya seni pada dasarnya meliputi:
1. Dorongan magis dan religius (keagamaan).
2. Dorongan untuk bermain.
3. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan praktis (sehari-hari).
Sejak zaman prasejarah ketiga dorongan tersebut telah menjadi titik tolak kelahiran karya seni, dan akan menjadi dasar dalam penciptaan dan pengembangan karya seni. Pada zaman sekarang, seniman berkarya seni didasari berbagai dorongan berdasarkan misi dan visinya.
F.   Seni dan Ekspresi
Seni memang selalu dihubungkan dengan ekspresi pribadi, sebab seni lahir dari ungkapan perasaan pribadi penciptanya. Sehubungan dengan nilai ekspresi dalam seni, Herbert Read merumuskan tentang kedudukan ekspresi dalam proses penciptaan seni, sebagai berikut:
- pertama, pengamatan terhadap kualitas materiil,
- kedua, penyusunan hasil pengamatan tersebut,
- ketiga, pemanfaatan susunan itu untuk mengekspresikan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.
Bahwa seni adalah susunan yang estetis yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu perasaan atau emosi tertentu. Berdasarkan analisis Sanento Yuliman, karya seni yang berkembang hingga saat ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori pendekatan, yaitu:
a)    Ada karya seni yang secara tegas didasari ekspresi, dengan pendekatan emosional (intuitif), misalnya karya-karya Affandi, Courbet, van Gogh, Pollock, dan lain-lain.
b)   Ada pula karya seni yang lebih banyak pertimbangan rasional (kalkulasi) atas komposisi garis, warna, bentuk, bidang, warna, dan unsur visual lainnya; karya yang dibuat dengan pendekatan rasional (intelektual) ini misalnya karya Op Art, Kinetic Art, Kubisme, Konstruktivisme, Purisme, dan lain-lain.
Dari segi kebentukan (visual form), kita menyebutnya gaya informal (yang pertama), dan gaya formal atau rasional yang nonlirisisme (yang kedua).
G.  Seni dan Keindahan
Pada dasarnya seni itu lahir dari curahan emosi seseorang yang berupaya berkomunikasi dengan publlik seni, jadi apapun hasilnya, yang penting di dalamnya terdapat proses berekspresi seni dan komunikasi emosi dengan menggunakan media seni.
Jika kita mempersoalkan keindahan, ada dua kategori yang saling bertentangan. Yang satu bersifat subyektif, yang memandang bahwa indah itu terletak pada diri yang melihat (beauty is in the eye of the beholder). Sedangkan yang satu lagi bersifat obyektif, yang menempatkan keindahan pada barang (benda/karya) seni yang kita lihat.
Socrates mengatakan bahwa keindahan adalah segala sesuatu yang menyenangkan dan memenuhi keinginan terakhir. Pendapat ini termasuk kategori subyektif. Yang indah adalah yang mendatangkan rasa senang tanpa pamrih, dan tanpa adanya konsep-konsep tertentu. Hal ini akan tergantung pada diri penikmatnya dengan berbagai keunikan pengalaman batinnya yang berbeda dengan penikmat yang lain.
Berbeda dengan keindahan obyektif, sebab struktur visual karya seni (benda tertentu) secara fisik memperlihatkan ciri keindahan itu. Misalnya jika kita mengamati bunga, timbul pertanyaan, mengapa bunga itu indah, maka jawabannya adalah bahwa bunga itu mempunyai warna, bentuk, keharuman dan kehalusan yang memukau. Keindahan obyektif mudah untuk dianalisis atau dideskripsikan.
Keindahan sebuah lukisan harus ditangkap dengan mata, bukan dengan moral. Dalam kenyataan pengamatan bentuk karya, tidak bisa lepas memisah-misahkan antara rasio, moral dan rasa (indera). Sehingga kita bisa merangkum kedua teori itu dalam proses penikmatan terhadap seni.
H.  Seni dan Alam
Alam, baik berupa flora, fauna, maupun manusia telah mengilhami seniman dalam mengekspresikan emosinya secara simbolistis (bersifat perlambangan) sejak zaman prasejarah, Hindu-Budha, Islam, dan perkembangan selanjutnya, sampai berkenalan dengan seni rupa Barat (gaya naturalisme). Perkenalan dengan gaya seni rupa Barat sebenarnya ‗menurunkan‘ derajat seni rupa Indonesia. Mengapa tidak, sebab seni rupa naturalisme Barat yang intelektualistis itu hanya menyajikan keindahan alam secara kasat mata (visual realistis). Keagungan dan keluhuran nilai-nilai budaya bangsa tidak tercermin dari kekaryaan tersebut, dan mungkin lebih tepat jika dinamakan ‗sebagai potret alam‘ saja.
Dalam menanggapi alam, para seniman memilih sikap yang berbeda. Ada yang meniru alam secara akurat (kasat mata) atau secara fotografis (bergaya naturalisme). Namun ada pula yang mengolah alam dengan berbagai pendekatan dan teknik (misalnya deformasi, stilasi, abstraksi, dsb) dan dengan pandangan subyektifnya terhadap alam. Hal ini yang mendasari munculnya otonomi (kebebasan pribadi) dalam berkarya seni. Selain itu para seniman juga berupaya mengemukakan keadaan alam ini apa adanya secara realistis (apa adanya sesuai kenyataan hidup). Alam oleh seniman dipandang sebagai tema (subject – matter), kadang-kadang ada yang memandang sebagai motif atau juga dijadikannya sebagai bahan studi. Bagaimanapun sikap seniman terhadap alam, ternyata kekaryaannya banyak sekali yang mengikat hubungan dengan alam. Sehingga tidak mengherankan jika orang dulu pernah mangatakan bahwa alam adalah guru para seniman atau nature artis magistra.
I.     Seni dan Teknologi
Salah satu fungsi seni, selain untuk kepentingan individual dan sosial, adalah untuk mendukung kebutuhan fisik, yang berkaitan dengan perlengkapan kebutuhan sehari-hari seperti: alat rumah tangga, perumahan, teknologi/industri. Keterkaitan seni rupa dengan teknologi tak lepas dari sifat kodrati manusia yang selalu ingin memperoleh kenyamanan, kepuasan dan keindahan. Pakaian yang dipakai tidak cukup hanya sekedar untuk melindungi tubuh, tetapi ingin tampak indah, serasi, mode yang tidak ketinggalan zaman.
Dengan semakin banyaknya temuan-temuan teknologi, yang menghasilkan begitu banyak barang-barang, maka peranan seni rupa/desain semakin terasa untuk memberi sentuhan estetik terhadap barang-barang tersebut. Sentuhan estetik, khususnya dalam rancang bangun suatu produk menghasilkan nilai tambah yang bersifat psikologis maupun finansial/ekonomik.
 Sebaliknya, kemajuan teknologi dapat pula dimanfaatkan bagi pembuatan karya seni/desain, misalnya desain atau ilustrasi dengan bantuan program-program komputer. Persoalannya, desainer, arsitek atau ilustrator tidak memiliki kebebasan seperti pelukis dalam membuat karyanya, karena suatu benda atau bangunan memiliki bahan/material khusus dan kegunaan tertentu sebagai benda pakai. Arsitek tak bisa seenaknya merancang bentuk gedung pertemuan tanpa memperhitungkan keamanan dan daya tampung pengunjung. Jadi, masalahnya adalah, bagaimana memadukan bentuk dengan bahan dan fungsi.
Dalam hal inilah teknologi dan seni rupa berkaitan sangat erat. Oleh sebab itu, pendidikan seni sejak dini perlu memberi kesadaran kepada siswa –yang di antaranya kelak mungkin ada yang jadi pemimpin, pengusaha, industriawan—bahwa teknologi dan seni memiliki keterkaitan yang erat dan saling menunjang. Seni bukan sekedar sarana ekspresi individual, tetapi juga sarana penunjang kehidupan yang lebih luas, khususnya teknologi, namun orang kebanyakan tidak menyadarinya.

Saturday 28 July 2012

Wayang Kulit Kampung Sebelah


Biasanya kalau kita menonton sebuah wayang kulit terbesit dalam pikiran pasti sajian akan membosankan namun anggapan akan berubah menjadi ketika anda melihat pertunjukan wayang yang bernama Wayang Kampung Sebelah ini. Grup wayang kampung sebelah memberikan sajian menarik, baru dan lucu pada seni yang berasal dari Jawa ini. Dengan inovasi baru yang dibuat, pertunjukan wayang yang biasanya sangat membosankan dan sulit dimengerti akan terasa menyenangkan, menghibur dan ceritanya mudah ditangkap dan dimengerti. Demikian sejarah singkat wayang kampung sebelah.

LATAR KARYA
16 Juli 2000 lalu, sekelompok seniman Solo melahirkan genre wayang baru yang dinamakan Wayang Kampung Sebelah. Boneka wayangnya terbuat dari kulit berbentuk manusia yang distilasi. Tokoh-tokohnya, seperti halnya masyarakat kampung yang plural, terdiri dari penarik becak, bakul jamu, preman, pelacur, pak RT, pak lurah, hingga pejabat besar kota.
Penciptaan pertunjukan Wayang Kampung Sebelah ini berangkat dari keinginan membuat format pertunjukan wayang yang dapat menjadi wahana untuk mengangkat kisah realitas kehidupan masyarakat sekarang secara lebih lugas dan bebas tanpa harus terikat oleh norma-norma estetik yang rumit seperti halnya wayang klasik. Dengan menggunakan medium bahasa percakapan sehari-hari, baik bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia, maka pesan-pesan yang disampaikan lebih mudah ditangkap oleh penonton. Isu-isu aktual yang berkembang di masyarakat masa kini, baik yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, merupakan sumber inspirasi penyusunan cerita yang disajikan. Wayang Kampung Sebelah pun dapat melayani pesanan lakon dengan catatan sejauh tidak bertentangan dengan asas kebenaran dan keadilan.

FORMAT PERTUNJUKAN
Mengangkat persoalan-persoalan yang serius tidak harus dengan pengungkapan yang serius merupakan karakter pertunjukan Wayang Kampung Sebelah. Muatan sinisme, satire, hingga kritikan tajam yang begitu dominan dalam pertunjukan ini dikemas secara segar penuh humor, baik melalui format alur, penokohan, dialog maupun syair lagu iringan.
Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah tidak menggunakan iringan gamelan, melainkan menggunakan iringan musik. Lagu-lagu iringannya lebih banyak menyajikan lagu-lagu karya cipta musisi Wayang Kampung Sebelah sendiri untuk memperkuat karakter pertunjukan. Berdasarkan instrumentasi dan aransemennya, bentuk musik iringan Wayang Kampung Sebelah termasuk kategori musik alternatif. Guna lebih memperkuat aspek entertainment-nya dapat dihadirkan bintang tamu artis penyanyi / pelawak yang populer. Dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah, kisah di depan layar bukanlah semata-mata milik dalang. Pemusik maupun penonton berhak nyeletuk menimpali dialog maupun ungkapan-ungkapan dalang. Dalam setiap adegan sangat dimungkinkan berlangsungnya diskusi antara tokoh wayang, dalang, pemain musik, maupun penonton. Bahkan untuk kepentingan tertentu dapat dihadirkan nara sumber untuk melakukan diskusi membahas suatu persoalan sesuai tema yang disajikan.

DURASI PERTUNJUKAN
Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah berdurasi sekitar 2 – 3 jam. Untuk kepentingan / kondisi tertentu, dapat juga menyajikan pertunjukan dalam durasi kurang dari 60 menit.
AWAK
1. Jlitheng Suparman : Dalang / Penulis Naskah
2. Yayat Suheryatna : Jimbe / Penata Iringan
3. Max Baihaqi : Gitar / Ass. Penata Iringan
4. Agung Riyadi : Flut
5. Nadias : Bas
6. Gendhot : Sexofon
7. Gusur : Drum
8. Kukuh : Kendang
9. Joko Ngadimin : Vokal
10. Dwi Jaya Syaifil Munir : Vokal
11. Cahwati : Vokal
12. Sarno B : Penata Teknis.
Berikut beberapa tokoh dalam wayang kampung sebelah


sumber :


Monday 16 July 2012

MY HAND MADE

3M (Melipat, menggunting, menempel)

Lukisan dari pelepah pisang kering


lukisan dari pelepah daun pisang kering

Patung dari gypsum

 
Bunga hias dari sedotan

Cara Membuat Anyaman Kertas



Bahan yang diperlukan untuk cara membuat anyaman kertas
  • 2 lembar kertas Padalarang atau manila warna-warni beda warna
  • gunting
  • pisau cutter
  • pensil
  • penggaris
  • lem kertas
Cara membuat anyaman dari kertas
  • Buatlah garis garis pada kertas dengan pensil pada sisi lebarnya dengan jarak 1 cm
  • Untuk pada bagian tepi kertas beri sisa 2 cm
  • Potonglah bagian yang sudah diberi garis tadi dengan pisau cutter
  • Ambillah kertas yang ke- 2 kemudian potong memanjang dengan gunting selebar 1 cm
  • Mulai menganyam dengan motif anyaman kertas yang diinginkan
  • Setelah selesai mengayam semua kemudian rapikan
  • Berilah lem dan rekatkan pada bagian tepi atau sisa anyaman agar tidak terlepas
Tips motif anyaman kertas
  • Motif yang akan kita buat, bisa digambar terlebih dahulu pada kertas lain
  • Ketika menganyam gunakanlah bantuan penggaris agar lebih mudah
  • Banyak sekali jenis motif anyaman kertas yang bisa kita buat sesuai inspirasi kita sendiri